Selasa, 14 Juni 2011

Telur Ayam Arab




Kuning Telur Bukan Sekadar Warna

Konsumen biasanya menyukai warna kuning telur yang gelap. Warna ini diasosiasikan dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang berwarna pucat. Kuning telur yang lebih gelap lebih banyak ditemui pada telur ayam kampung dibandingkan telur ayam negeri. Warna kuning telur ini sering pula dihubungkan dengan kualitas kandungan gizi, khasiat, serta rasa yang lebih baik.

WARNA kuning muda sampai keemasan yang dimiliki kuning telur dari berbagai hewan unggas maupun reptil dan ikan, ditimbulkan oleh pigmen-pigmen yang disebut karotenoid. Karotenoid hanya dapat dibuat oleh tanaman dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang mampu melakukan fotosintesis.

Pigmen kuning sampai merah dari karotenoid memberi warna berbagai sayuran dan buah. Karotenoid terdapat pula dalam bunga-bungaan, hijauan tanaman (rumput dan lucerne), jamur (chanterelles), bulu burung (canaries dan flamingo), alga, ikan (salmon), udang lobster, starfish, dan tentu saja kuning telur.

Terdapat kurang lebih 600 jenis karotenoid di alam, dan beberapa jenis serta struktur yang umum ditunjukkan pada ilustrasi di bawah. Sebagian besar karotenoid merupakan kelompok hydrocarbon, sebagian teroksigenasi, dan sebagian berkonjugasi dengan gula dan molekul-molekul lain.

Istilah karoten menunjukkan senyawa karotenoid hidrocarbon, sedangkan istilah xanthophyll menunjukkan senyawa karotenoid yang teroksigenasi.

Meskipun hewan tidak dapat membuat sendiri karotenoid dalam tubuhnya, karotenoid dapat diperoleh dengan memakan bahan makanan nabati yang banyak mengandung karotenoid. Warna pada kuning telur dihasilkan oleh adanya karotenoid yang terkandung dalam makanan yang dimakan unggas, burung, dan hewan lain yang bertelur. Pigmen karotenoid tersebut sebagian besar terdiri dari lutein dan zeaxanthin yang termasuk dalam istilah xanthophylls.

Pada unggas dan ayam pigmen-pigmen xanthophyll dari makanan (bahan makanan nabati dan bijian seperti jagung) diserap dan disimpan tanpa perubahan di dalam kuning telur. Semakin banyak kandungan xanthophyll yang dimakan oleh induk ayam semakin gelap warna kuning telurnya.

Namun kandungan pigmen xanthophyll dalam bahan makanan tidaklah tetap, tergantung jenis dan di mana bahan makanan nabati tersebut tumbuh. Kandungan pigmen dapat pula berkurang secara perlahan-lahan karena penyimpanan yang terlalu lama dari bahan makanan tersebut. Oleh karena itu, untuk memperoleh telur ayam dengan mutu kuning telur yang relatif stabil, perlu sumber makanan dengan kandungan pigmen karotenoid yang tetap dari waktu ke waktu atau suplementasi dengan sumber xanthophyll komersial.

Fungsi karotenoid

Penelitian mengenai fungsi karotenoid dalam telur ayam menunjukkan bahwa semakin banyak karotenoid yang dimakan induk ayam semakin banyak pula karotenoid yang disimpan dalam kuning telur.

Ketika telur berkembang menjadi embrio, semakin banyak pula karotenoid yang didistribusikan dalam jaringan-jaringan embrio yang tumbuh. Embrio yang tumbuh memperoleh sebagian besar energinya dari pemecahan (oksidasi) asam-asam lemak dari kuning telur yang kaya akan lemak.

Asam-asam lemak dari kuning telur juga merupakan sumber asam lemak tidak jenuh untuk perkembangan jaringan otak, saraf, dan retina. Asam-asam lemak tidak jenuh sebagai komponen penyusun membran fosfolipid berperan penting dalam perkembangan otak dan retina embrio dengan memberikan sifat biofisik yang sesuai bagi perkembangan dan fungsi sel-sel saraf dan sel-sel fotoreseptor retina embrio.

Banyaknya asam-asam lemak jenuh maupun tidak jenuh yang tersedia sebagai sumber energi (melalui oksidasi) maupun untuk pertumbuhan menyebabkan jaringan-jaringan dalam embrio yang sedang tumbuh sangat rentan terhadap produk normal metabolisme yang reaktif/berbahaya seperti radikal bebas serta oksigen yang sangat reaktif yang dikenal sebagai "singlet oxygen".

Radikal bebas adalah molekul yang tidak memiliki pasangan elektron sehingga untuk mencari pasangannya mencuri dari molekul di sekitarnya dan radikal bebas mudah terbentuk dari senyawa seperti asam lemak tidak jenuh yang mudah melepaskan elektronnya dalam proses oksidasi.

Radikal bebas dalam jumlah berlebih (karena aktivitas pertumbuhan embrio yang sangat cepat) dapat merusak membran sel melalui peroksidasi lemak sehingga merusak fungsi sel, merusak protein melalui kerusakan asam amino yang mengandung sulfur, merusak DNA melalui kerusakan basa maupun gugus gula sehingga terjadi mutasi.

Hasil penelitian Surey (1999) menunjukkan bahwa karotenoid kuning telur berfungsi sebagai antioksidan yang mencegah peroksidasi lipid jaringan. Demikian pula saat anak ayam keluar dari cangkangnya dan mengalami perubahan/stres lingkungan berupa laju metabolisme yang cepat bersamaan dengan penggunaan paru-parunya memerlukan antioksidan untuk menetralisasi terbentuknya radikal bebas.

Selain fungsi antioksidan, fungsi lain karotenoid adalah pada sistem kekebalan anak ayam/unggas. Anak ayam yang baru lahir sistem pertahanan tubuhnya masih bergantung pada antibodi yang diberikan induknya lewat kuning telur (kekebalan pasif).

Karotenoid dalam kuning telur dapat melindungi antibodi induk tersebut dari kerusakan atau pemecahan. Induk ayam yang diberi suplemen antioksidan seperti karotenoid dan vitamin E mengalami peningkatan retensi antibodi dalam kuning telurnya sehingga antibodi ini dapat dipakai apabila anak ayam yang baru berumur sehari diserang penyakit.

Mekanisme alami ini semakin beralasan karena respons sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit yang berkembang pada usia lebih lanjut memobilisasi enzim-enzim pengurai seperti katalase dan lysozyme serta menghasilkan berbagai senyawa beracun seperti peroksida, nitrit oksida, yang dapat merusak jaringan sehat.

Antibodi

Dengan adanya antibodi dari induk respons sistem kekebalan tubuh yang menghasilkan radikal bebas belum perlu dilakukan sehingga mengurangi kerentanan terhadap peroksidasi lipid ataupun kerusakan jaringan.

Selain fungsi-fungsi biologis yang langsung berhubungan dengan telur itu sendiri, karotenoid dalam kuning telur maupun sayur dan buah yang dimakan memiliki fungsi biologis lain yang beragam pula. Sebagian karotenoid khususnya betakaroten adalah prekursor (bahan asal untuk membuat) vitamin A.

Satu molekul betakaroten yang dimakan dapat diubah oleh enzim dalam usus halus menjadi dua molekul vitamin A. Anak-anak yang cukup memakan sumber betakaroten seperti kuning telur dan sayuran disertai asupan protein dan lemak yang cukup akan mampu mengubah betakaroten tersebut menjadi vitamin A aktif yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Saat ini, suplemen vitamin A sering diberikan dalam bentuk betakaroten bukan sebagai vitamin A aktif. Hal itu karena konsumsi betakaroten dalam jumlah banyak sampai saat ini diketahui tidak bersifat toksik, sedangkan konsumsi vitamin A aktif yang berlebihan bersifat toksik.

Fungsi antioksidan karotenoid dalam telur berlaku pula dalam tubuh hewan dan manusia dengan cara menon-aktifkan radikal oksigen, sebagai zat antimutasi dan antikanker, serta dapat melindungi kulit dari kerusakan radiasi dan kerusakan akibat sinar ultraviolet (UV). Lycopene adalah salah satu jenis karotenoid yang dapat menurunkan oksidasi "low density lipoprotein" (LDL).

Oksidasi LDL yang tinggi diketahui berhubungan dengan risiko terjadinya atherosclerosis/penyumbatan pembuluh darah dan serangan jantung sehingga konsumsi lycopene dapat menurunkan risiko tersebut.

Karotenoid dapat membantu sistem kekebalan tubuh dengan cara melindungi reseptor sel-sel fagosit/pemakan (sel-sel darah putih yang mampu menelan kuman) dari kerusakan auto-oksidasi akibat terbentuknya radikal oksigen.

Karotenoid meningkatkan pula proliferasi sel-sel T dan B yang berfungsi sebagai sel-sel tanggap kebal dalam sistem kekebalan seluler, menstimulir fungsi efektor (fungsi membunuh) dari sel-T, meningkatkan kemampuan sel-sel pembunuh tumor seperti macrofag, T dan natural killer cell untuk melawan sel-sel tumor, meningkatkan produksi beberapa jenis cytokine yang berperan dalam respons tanggap kebal tubuh.

sumber:
Gizi.net -

Ayam Arab


Ayam Arab, merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia; keberadaannya di Indonesia karena dibawa oleh orang-orang  Indonesia yang datang dari  Saudi Arabia.  Ciri khasnya adalah warna putih mengkilap di sepanjang leher, punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. 

Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam ini berbulu tebal. Ayam Arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif antara 0,8 - 1,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur.

Masyarakat memelihara Ayam Arab terutama untuk produksi telur, yang mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Warna kerabang telur sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging.

Namun potensi genetis ayam Arab akan muncul jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Pemeliharaannya bisa dilakukan secara intensif di kandang batery atau  semi intensif, diumbar.  Terutama pakan sangat mempengaruhi produksi telurnya. Beberapa pengalaman pemelihara ayam Arab, bahwa pemberian pakan campuran dedak, jagung dan konsentrat dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dapat menghasilkan produksi 70-80% selama 2 tahun. Produktivitas ayam Arab menurun dengan bertambahnya umur ayam.

Ayam Arab termasuk jenis petelur tipe ringan dibawah 1880 gr per ekor.  Konsumsi pakan umumnya maksimal 100 gr/ekor/hari.  Dengan adanya batasan pemberian ransum ini maka sebaiknya penyusunan ransum yang tepat sesuai kebutuhan karena kelebihan ransum dapat menyebabkan ayam menjadi gemuk dan menurunkan produksi telur,    (Wahyu, 1988). 

Ransum yang dikonsumsi oleh unggas harus dapat memenuhi segala kebutuhan unsur-unsur gizi utama dan pra utama bagi unggas, sehingga menghasilkan produksi yang optimal. Produksi yang optimal dikaitkan dengan prinsip ekonomis dan teknis peternakan.  Produksi yang optimal dimana produksi telur dapat memberikan tingkat manfaat semaksimal mungkin kepada peternak. Ransum untuk ayam berproduksi pada komposisi yang baik adalah dengan kandungan protein 17% dan energinya 2850 kkal/kg; akan menghasilkan produksi telur yang baik untuk daerah tropis (Rasyaf, 1995).  Perhitungan kandungan ransum dapat dilakukan secara sederhana dengan membandingkan jumlah komposisi antara pakan sumber protein dan sumber karbohidrat.  Jika ransum yang tersedia hanya dedak dan konsentrat (pabrik) maka komposisi 3 : 1 sudah mendekati kandungan nutrisi (protein dan energi) di atas.

Dalam manajemen pemeliharaan, yang perlu diperhatikan adalah kandungan nutrisi pakan, karena ini akan mempengaruhi produktivitas telur.  Pakan dengan kandungan protein yang rendah (di bawah jumlah kebutuhannya) menyebabkan ayam tidak bertelur.  Penurunan produktivitas bisa mencapai 50%, hal ini sangat merugikan bagi usaha ternak.  Sebagai ayam petelur, ayam Arab cukup sensitif terhadap respon pakan, jika hanya diberi dedak saja, produktivitas telur hanya tercapai sekitar 10-15%.  Jika terus menerus demikian ayam-ayam kemudian tidak dapat menghasilkan telur.  Untuk memulihkan kondisinya membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu, perbaikan pemberian pakan baru akan memberikan dampak produksi, yaitu ayam-ayam akan bertelur kembali.

Produksi telur juga bisa dipengaruhi oleh faktor luar lainnya; seperti ayam petelur lainnya ayam Arab memiliki sifat mudah stress, terhadap suara gaduh atau kehadiran orang asing di dekatnya. Untuk  menjaga agar produktivitasnya tetap tinggi diusahakan agar ayam-ayam terhindar dari hal-hal yang bisa membuat stress. Pada sistem pemeliharaan secara intensif, bisa diantisipasi dengan pemagaran keliling pada kandang. Diupayakan agar tidak sembarang orang bisa memasuki atau mendekat di sekitar kandang, terutama pada saat ayam-ayam sedang berproduksi.

Masa  produktif, mencapai puncak pada umur 2 tahun, umumnya produktivitas ayam mulai menurun setelah itu.  Produksi akan terus menurun dengan bertambahnya umur ayam. Disarankan untuk selalu mempersiapkan betina pengganti (replacement), agar ayam betina dengan produksi yang mulai menurun dapat diafkir untuk digantikan dengan ayam muda.